
CLOSE
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (12/10/2020) mengalami penguatan sebesar (+0.78%) sehingga mengangkat IHSG pada level 5,093.099. Pada perdagangan kemarin hanya terdapat tiga sektor mengalami pelemahan sementara sektor lainnya menutup menguat.
Perdagangan kemarin mengalami penguatan yang cukup besar, kemudian dilanjut oleh sektor yang mengalami penguatan paling besar yaitu jatuh kepada sektor Finance yang mengalami penguatan tertinggi pada perdagangan kemarin sebesar (+1.83%) kemudian diikuti oleh sektor Agriculture menguat sebesar (+1.27%). Kemudian, di sisi lain terdapat sektor yang mengalami pelemahan paling dalam, yang dialami oleh sektor Property, Real Estate and Building Construction sebesar (-0.43%). Pada perdagangan kemarin tercatat sebanyak 10.582 milyar saham diperdagangkan dengan total nilai transaksi sebesar 7.01 triliun. Kemudian pada perdagangan kemarin asing tercatat melakukan penjualan, sehingga Net Foreign Sell perdagangan kemarin sebesar (-104.93) Milyar.
Hari ini kami memprediksi bahwa IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat, hal ini disebabkan karena dampak dari dilepasnya ‘rem darurat’ PSBB Jakarta oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Keputusan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang mengakhiri penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat menjadi pemicu melesatnya IHSG pada perdagangan saat ini. Dengan kenaikan kemarin IHSG telah naik selama 6 hari berturut-turut secara akumulatif sejak pekan lalu, dengan total kenaikan 3,36%. Selain itu, jika dilihat berdasarkan Analisa Teknikal dengan indikator Moving Average 13 dan 34 bahwa akan terjadinya persilangan Golden Cross sehingga prediksi IHSG hari ini akan naik sama seperti hari sebelumnya.
Sentimen Omnibus Law, Serbu Lelang Sukuk!!
Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 13 Oktober 2020. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara – Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Dari lelang tersebut, pemerintah menargetkan penghimpunan dana sebanyak Rp10 triliun.
Dapat di perkirakan berada di kisaran Rp20 triliun hingga Rp25 triliun melihat dari kondisi pasar utama dan sekunder selama beberapa hari terakhir. Pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja akan menjadi katalis utama dalam pelelangan SBSN esok.
Sementara itu, melihat sukuk negara seri PBS026 akan banyak diminati oleh investor. Faktor ketidakpastian akibat protes omnibus law membuat para investor cenderung memilih sukuk seri pendek-menengah. Lelang sukuk negara pada Selasa besok masih cukup positif. Hal ini ditopang oleh minat investor domestik yang masih terjaga. Investor dalam negeri masih akan mendominasi lelang besok. Biasanya sekitar 90 persen investor yang mengikuti lelang sukuk berasal dari dalam negeri
Selain itu, tingkat likuiditas pasar di Indonesia juga terbilang masih baik. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh double digit.
Investor kemungkinan akan mengincar seri-seri sukuk bertenor pendek seperti SPN-S 14042021. Selain itu, seri PBS-025 kemungkinan juga akan laris karena tingkat imbal hasil yang atraktif.
Berdasarkan pengumuman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pemerintah akan melelang 6 seri sukuk negara. Sukuk negara yang ditawarkan besok terdiri dari satu seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S) dan empatseri Project Based Sukuk (PBS).
Menurut Hima AE, peraturan sapu jagat tersebut akan membuat alur investasi semakin mudah sehingga dapat menarik lebih banyak capital inflow. Investor kemungkinan akan mengincar seri-seri sukuk bertenor pendek seperti SPN-S 14042021. Selain itu, seri PBS-025 kemungkinan juga akan laris karena tingkat imbal hasil yang atraktif. Dengan bentuk investasi seperti ini kemungkinan besar para investor menyerbu sukuk berjangka waktu pendek. Namun, di sisi lain, aksi penolakan omnibus law yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan berpotensi meningkatkan tingkat ketidakpastian di Indonesia. Hal ini akan berimbas pada keengganan investor untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia.
Sumber: djppr-market bisnis
Pada perdagangan Senin, 12 Oktober 2020 PT. Ciputra Development Tbk (CTRA) ditutup menguat sebesar +2,86% pada harga Rp 720. Jika dilihat dari Analisis Teknikal pada perdagangan kemarin membentuk Bullish Candle yang mengindikasikan adanya potensi penguatan. Hal ini juga didukung oleh indikator Moving Average 10, Parabolic Sar, MACD dan Volume yang memiliki korelasi positif terhadap penguatan saham tersebut.
Pada perdagangan terakhir harga perusahaan berada tepat diatas Moving Average 10 dan Parabolic sar yang mengindikasikan akan terjadinya tren naik.
Kemudian, pada indikator MACD terlihat telah terjadi Golden Cross yang menandakan terjadinya Bullish Reversal.
Indikator-indikator tersebut juga diperkuat dengan Volume perdagangan yang didominasi oleh aksi beli (Buy).
Recommendation: Buy
Target Price : Rp 760
Stop Loss : Rp 695
(DISCLAIMER ON)
Telah diterbitkan di
https://hima-analisefek.com/2020/10/13/mentari-pagi-edisi-599-selasa-13-oktober-2020/